Nabi Muhammad SAW hidup ribuan tahun yang lalu. Namun ada peninggalan jejak Nabi yang masih ada hingga kini. Sebuah pohon zaman dulu tentu s...
Nabi Muhammad SAW hidup ribuan tahun yang lalu. Namun ada peninggalan jejak Nabi yang masih ada hingga kini.
Sebuah pohon zaman dulu tentu saja, masih tumbuh subur. Sebenarnya pohon itu seperti apa sih? Lalu bagaimana sejarahnya?
Dilansir Eberita.org, tumbuhan yang terletak di bagian utara padang pasir Yordania ini disebut-sebut Sahabi atau pohon yang diberkati.
Pasalnya, pohon tersebut berhasil bertahan hidup di tengah ganasnya gurun Yordania selama 1400 tahun.
Pohon Nabi ini menjadi bukti kenabian Nabi Muhammad SAW. Dan sepertinya Pohon Nabi ini sengaja dibiarkan hidup oleh Allah agar menjadi pengingat, kenangan dan bukti sejarah masa lalu.
Ini adalah pohon yang penuh keberkahan, pohon ajaib, pohon keramat dan pohon yang aneh.
Pohon yang ‘sendiri’ ini diyakini sebagai saksi pertemuan biarawan Kristen bernama Bahira dengan Nabi Muhammad.
Dia hidup ‘sendirian’ dalam radius ratusan kilometer, tak ada pohon lain yang hidup, menemani sang Sahabi.
Dulu ketika Rasulullah melakukan perjalanan menuju Syam bersama Maisarah (pembantu Sayyidatuna Khadijah Ra) untuk berdagang, Rasulullah pernah berteduh di bawah pohon ini sebelum sampai ke sana.
Pada saat Rasulullah berteduh di bawahnya, dahan dan ranting-ranting pohon ini bergerak menaungi beliau dari panasnya terik matahari.
Seorang rahib (pendeta) yang melihat kejadian ini, lantas mendatangi Maisarah dan menunjukkan kepadanya pohon tempat berteduh Rasulullah itu seraya berkata.
“Hanya seorang Nabi saja yang berteduh di bawah pohon itu.”
Lihatlah sampai hari ini pohon tersebut tetap subur bahkan di tengah-tengah padang pasir yang kering kerontang dan tidak ada tumbuhan yang hidup seperti itu.
Allah SWT menghidupkannya dengan kehendaknya. Inilah pohon yang memahami cinta buat Nabinya Muhammad SAW, sebuah pohon yang diberkahi.
Sampai sekarang pohon ini masih hidup di Yordania. Sebab itu ia dijuluki “the only living Sahabi” atau “satu-satunya ‘sahabat’ Nabi yang masih hidup”.
Kisah Bahira menceritakan pertemuannya dengan bocah kecil yang menjadi Rasul Terakhir. Saat itu Nabi Muhammad baru berusia 9-12 tahun.
Ia menyertai pamannya Abu Thalib dalam perjalanan untuk berdagang ke Suriah. Bahira pun bertemu dengan kelompok kafilah tersebut dan mengajak mereka untuk beristirahat.
Bahira telah mendapat firasat kalau ia akan bertemu dengan Sang Nabi Terakhir.
Diperhatikannya masing-masing orang yang datang. Namun tak satupun di antara mereka yang memiliki tanda-tanda mukjizat.
Ternyata masih ada satu anggota rombongan yang tidak ikut masuk ke tempat Bahira. Muhammad kecil diminta menunggu di bawah pohon untuk menjaga unta-unta.
Ia takjub melihat cabang pohon tersebut merunduk untuk melindungi sang pemuda. Bahira pun meminta agar bocah kecil tersebut diajak berteduh dan bersantap.
Konon, segumpal awan memayungi Muhammad ke manapun ia pergi.
Disitulah sang biarawan yakin kalau pemuda itu memang benar-benar nabi yang sudah diramalkan kedatangannya. Bahira lantas berpesan kepada Abu Talib untuk menjaga pemuda cilik itu, karena kelak ia akan membawa berkah bagi umat manusia.
Tetapi tak sedikit pula orang yang ingin mencelakakannya.
Sejumlah ilmuwan dan cendekia pun diminta untuk memeriksa area tersebut.
Berdasarkan pengamatan mereka, memang benar pohon tua tersebut yang disebutkan dalam catatan Bahira. Namun tentu saja, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk memastikan otentisitasnya.
Pangeran Ghazi menyebutkan, “Rasulullah duduk di bawah pohon ini.” Kenyataannya jika pohon itu bersedia merundukkan cabang-cabangnya demi Muhammad merupakan bukti mengenai kesaksiannya terhadap kerasulan Muhammad.
“Karena itulah kami menyebutnya sahabi dalam bahasa Arab.”
Saat ini, pohon tersebut dilestarikan oleh pemerintah. Sekelilingnya dilindungi pagar dan keberadaannya dipantau secara rutin.
Akan tetapi, siapapun bisa menyentuh dan berlindung di bawah cabangnya yang senantiasa rimbun. Sekelilingnya dilindungi pagar dan keberadaannya dipantau secara rutin.
Source : tribunnews
Sebuah pohon zaman dulu tentu saja, masih tumbuh subur. Sebenarnya pohon itu seperti apa sih? Lalu bagaimana sejarahnya?
Dilansir Eberita.org, tumbuhan yang terletak di bagian utara padang pasir Yordania ini disebut-sebut Sahabi atau pohon yang diberkati.
Pasalnya, pohon tersebut berhasil bertahan hidup di tengah ganasnya gurun Yordania selama 1400 tahun.
Pohon Nabi ini menjadi bukti kenabian Nabi Muhammad SAW. Dan sepertinya Pohon Nabi ini sengaja dibiarkan hidup oleh Allah agar menjadi pengingat, kenangan dan bukti sejarah masa lalu.
Ini adalah pohon yang penuh keberkahan, pohon ajaib, pohon keramat dan pohon yang aneh.
Pohon yang ‘sendiri’ ini diyakini sebagai saksi pertemuan biarawan Kristen bernama Bahira dengan Nabi Muhammad.
Dia hidup ‘sendirian’ dalam radius ratusan kilometer, tak ada pohon lain yang hidup, menemani sang Sahabi.
Dulu ketika Rasulullah melakukan perjalanan menuju Syam bersama Maisarah (pembantu Sayyidatuna Khadijah Ra) untuk berdagang, Rasulullah pernah berteduh di bawah pohon ini sebelum sampai ke sana.
Pada saat Rasulullah berteduh di bawahnya, dahan dan ranting-ranting pohon ini bergerak menaungi beliau dari panasnya terik matahari.
Seorang rahib (pendeta) yang melihat kejadian ini, lantas mendatangi Maisarah dan menunjukkan kepadanya pohon tempat berteduh Rasulullah itu seraya berkata.
“Hanya seorang Nabi saja yang berteduh di bawah pohon itu.”
Lihatlah sampai hari ini pohon tersebut tetap subur bahkan di tengah-tengah padang pasir yang kering kerontang dan tidak ada tumbuhan yang hidup seperti itu.
Allah SWT menghidupkannya dengan kehendaknya. Inilah pohon yang memahami cinta buat Nabinya Muhammad SAW, sebuah pohon yang diberkahi.
Sampai sekarang pohon ini masih hidup di Yordania. Sebab itu ia dijuluki “the only living Sahabi” atau “satu-satunya ‘sahabat’ Nabi yang masih hidup”.
Kisah Bahira menceritakan pertemuannya dengan bocah kecil yang menjadi Rasul Terakhir. Saat itu Nabi Muhammad baru berusia 9-12 tahun.
Ia menyertai pamannya Abu Thalib dalam perjalanan untuk berdagang ke Suriah. Bahira pun bertemu dengan kelompok kafilah tersebut dan mengajak mereka untuk beristirahat.
Bahira telah mendapat firasat kalau ia akan bertemu dengan Sang Nabi Terakhir.
Diperhatikannya masing-masing orang yang datang. Namun tak satupun di antara mereka yang memiliki tanda-tanda mukjizat.
Ternyata masih ada satu anggota rombongan yang tidak ikut masuk ke tempat Bahira. Muhammad kecil diminta menunggu di bawah pohon untuk menjaga unta-unta.
Ia takjub melihat cabang pohon tersebut merunduk untuk melindungi sang pemuda. Bahira pun meminta agar bocah kecil tersebut diajak berteduh dan bersantap.
Konon, segumpal awan memayungi Muhammad ke manapun ia pergi.
Disitulah sang biarawan yakin kalau pemuda itu memang benar-benar nabi yang sudah diramalkan kedatangannya. Bahira lantas berpesan kepada Abu Talib untuk menjaga pemuda cilik itu, karena kelak ia akan membawa berkah bagi umat manusia.
Tetapi tak sedikit pula orang yang ingin mencelakakannya.
Sejumlah ilmuwan dan cendekia pun diminta untuk memeriksa area tersebut.
Berdasarkan pengamatan mereka, memang benar pohon tua tersebut yang disebutkan dalam catatan Bahira. Namun tentu saja, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk memastikan otentisitasnya.
Pangeran Ghazi menyebutkan, “Rasulullah duduk di bawah pohon ini.” Kenyataannya jika pohon itu bersedia merundukkan cabang-cabangnya demi Muhammad merupakan bukti mengenai kesaksiannya terhadap kerasulan Muhammad.
“Karena itulah kami menyebutnya sahabi dalam bahasa Arab.”
Saat ini, pohon tersebut dilestarikan oleh pemerintah. Sekelilingnya dilindungi pagar dan keberadaannya dipantau secara rutin.
Akan tetapi, siapapun bisa menyentuh dan berlindung di bawah cabangnya yang senantiasa rimbun. Sekelilingnya dilindungi pagar dan keberadaannya dipantau secara rutin.
Source : tribunnews